Laman
Senin, 30 Juli 2012
Jumat, 06 Juli 2012
Petani dan Kuda
Ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih yg sangat cantik & gagah.
Suatu hari, seorg saudagar kaya ingin membeli kuda itu & menawarkan
harga yg sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya.
Teman-2 nya menyayangkan & mengejek dia karena tidak menjual kudanya
itu.
Keesokan hari nya, kuda itu hilang dr kandangnya. Maka teman-2 nya berkata :
- sungguh jelek nasibmu, padahal klo kemarin di jual kamu kaya, skrg kudamu sdh hilang.-
Si petani miskin hanya diam saja.
Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu teman-2 nya berkata :
- wah beruntung sekali nasibmu, ternyata kudamu membawa keberuntungan.-
Si petani hanya diam saja.
Beberapa hari kemudian, anak si petani yg sedang melatih kuda-2 baru mereka terjatuh dan kakinya patah. Teman-2 nya berkata :
-rupanya kuda-2 itu membawa sial, lihat skrg anakmu kakinya patah.-
Si petani tetap diam tanpa komentar.
Seminggu kemudian terjadi peperangan di wilayah itu, semua anak muda di
desa dipaksa utk berperang, kecuali si anak petani karna tdk bisa
berjalan. Teman-2 nya mendatangi si petani sambil menangis :
- beruntung sekali nasibmu karna anakmu tdk ikut berperang, kami hrs kehilangan anak-2 kami.-
Si petani kemudian berkomentar :
" Janganlah terlalu cepat membuat kesimpulan dgn mengatakan nasib baik
atau jelek, semuanya adalah suatu rangkaian proses. Syukuri & terima
keadaan yg terjadi saat ini, apa yg kelihatan baik hari ini belum tentu
baik utk hari esok. Apa yg buruk hari ini belum tentu buruk utk hari
esok."
Tetapi yg PASTI : Tuhan paling tahu yg terbaik buat kita.. Bagian kita adalah :
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan di dalam hidup kita"
Senin, 13 Februari 2012
Sejarah NLP (Neuro Language Programming)
John Grinder dan Richard
Bandler
Berbagai sumber menyebutkan
bahwa istilah dan konsep dasar Neuro-linguistic Programming (NLP) dikembangkan
pertama kali oleh Richard Bandler dan John Grinder pada tahun 1970-an di bawah
bimbingan Gregory Bateson, seorang antropolog yang juga dikenal sebagai ahli
ilmu sosial, bahasa, dan cybernetic di University of California, Santa Cruz.
Berawal dari sebuah studi yang mengkaji kehebatan para psikoterapis dalam
menangani para pasiennya, NLP kemudian berkembang menjadi sebuah metodologi
untuk mengidentifikasi aspek-aspek kunci perilaku manusia termasuk mengkaji
berbagai pendekatan yang digunakan untuk dapat mengubah perilaku tersebut.
Kisahnya dimulai tahun
1970-an, ketika Richard Bandler diundang oleh Dr. Robert Spitzer, pemilik
berbagai koleksi buku sains dan perilaku manusia, untuk menghadiri
pelatihan-pelatihan yang dibawakan Fritz Perl, seorang psikiater dan penggagas
terapi Gestalt, dan Virginia Satir, seorang psikoterapis terkenal yang
menangani banyak kasus rumah tangga. Kehebatan Perl dan Satir dalam menciptakan
perubahan signifikan kepada para pasiennya mendorong Bandler untuk mendalami
lebih jauh gaya dan metode kedua tokoh tersebut. Spitzer yang melihat antusiasme
Bandler tersebut akhirnya memberi kesempatan Bandler untuk menjadi asistennya
dalam mengolah dan membuat transkrip pelatihan-pelatihan kedua tokoh tersebut
menjadi buku. Bandler sempat membantu Spitzer menyunting buku “The Gestalt
Approach” karya Perl dan bersamaan
dengan itu mendengar rekaman Perls saat menangani pasien-pasiennya yang
kemudian diolah menjadi sebuah buku berjudul “Eye Witness to Therapy”.
Ketertarikan Bandler pada
terapi Gestalt mendorong ia yang pada saat itu adalah mahasiswa di University
of California, Santa Cruz memberanikan diri untuk mulai menjalankan Gestalt
Therapy Workshop demi mengasah kemampuannya. Untuk lebih mempertajam
analisisnya, Bandler kemudian mengundang asisten profesor linguistik Dr. John
Grinder untuk menjadi pengamat dalam berbagai terapi Gestalt. Di sinilah awal
interaksi intens antara Bandler dan Grinder. Grinder menggunakan pengetahuannya
yang luas di bidang Transformational Grammar untuk mengkaji gaya Perls dengan
“Gestalt Therapy”-nya dan kemudian gaya Virginia Satir yang terkenal dengan
“Family Therapy”-nya.
Setelah melalui serangkaian
pengamatan dan diskusi, Bandler dan Grinder akhirnya berkolaborasi menghasilkan
berbagai karya. Karya-karya tersebut memuat berbagai teknik therapeutic dan
penggunaan pola bahasa yang dapat memengaruhi pasien agar terjadi perubahan
secara signifikan. Karya-karya tersebut dituangkan dalam beberapa buku, yaitu:
- The Stucture of Magic Volume
I (1975)
- The Structur of Magic Volume
II (1976)
- Changing with Families
(ditulis bersama Satir tahun 1976)
Karya-karya tersebut mengusung
sebuah konsep modeling yang kemudian dikenal sebagai meta-model, peletak dasar
konsep awal dari NLP.
Konsep meta-model ini menarik
perhatian seorang antropolog terkenal Gregory Bateson, yang kemudian mengantarkan
Bandler dan Grinder kepada Milton Erickson yang telah dikenal sebagai salah
satu peletak dasar hipnoterapi klinis dan juga dikenal sebagi hipnoterapis
genius dengan gayanya yang khas.
Bandler dan Grinder sangat
tertarik kepada Erickson secara pribadi maupun gaya terapinya. Tanpa menunggu
lebih lama lagi, mereka segera melakukan modeling pendekatan erickson dalam
menangani pasien-pasien selama lebih dari delapan belas bulan lamanya. Hasilnya
dituangkan dalam berbagai karya yaitu:
- Patterns of The Hypnotic
Techniques of Milton H. Erickson Volume I (1975)
- Patterns of The Hypnotic
Techniques of Milton H. Erickson Volume II (1977)
Kedua karya tersebutlah yang
menjadi dasar konsep Milton Model, sebuah konsep yang memungkinkan pasien
mengalami perubahan secara klinis pada level unconscious atau somatic bukan
hanya pada level kognitif.
Meta-model dan milton-model
yang diilhami oleh kehebatan para terapis jenius inilah yang kemudian dibawakan
oleh Bandler dan Grinder dalam berbagai lokakarya dan seminar dengan topik
“Neuro-linguistic Programming” (NLP). Tak lama kemudian NLP menjadi sangat
populer dikalangan psikoterapis. Kehebatan konsep NLP dalam mengubah perilaku
manusia menuju excellency, membuat NLP dengan mudah menyebar juga ke kalangan
praktisi bisnis, penjualan, dan bidang lainnya.
Bersamaan dengan popularitas
NLP yang meningkat, muncullah grup pengembang di sekitar Bandler dan Grinder,
beberapa diantaranya Leslie Cameron-Bandler, Judith DeLozier, Stephen Gilligan,
Robert Dilts dan David Gordon. Mereka menyumbang kontribusi yang cukup
signifikan dalam sejarah perkembangan NLP.
Berbagai seminar yang pernah dibawakan oleh Bandler dan Grinder pernah
diterbitkan dalam bentuk buku oleh Steve Andreas dengan judul “Frogs into
Princes” (1979).
Pentingnya Waktu Berkualitas Untuk Yang Tercinta
Seorang ayah pulang kantor dlm keadaan lelah & penat. Ia menemukan anak lelakinya yg berumur 5 thn menyambutnya di depan pintu,
"Ayah, boleh aku tanya sesuatu?" kata anak.
"Tentu, nak, ada apa?" jawab ayah
"Ayah, berapa rupiah ayah peroleh tiap jam kerja ayah?" tanya anak
"Itu bukan urusanmu, nak. Kenapa kamu tanya itu?" kata ayah dengan sedikit kesal.
"Aku cuma mau tahu. Tolong beritahu aku ayah, berapa rupiah ayah peroleh dalam satu jam?" si kecil memohon.
"Baiklah, kalau kamu tetapi ingin mengetahuinya. Ayah dapat 30rb tiap jamnya" kata ayah
"Oh,," sahut si kecil, dengan kepala menunduk. Tak lama kemudian ia dongakkan kepala, dan bertanya pada ayahnya,
"Ayah, boleh aku pinjm uang ayah 10 ribu?"
"meminjam uang dari ayah?! Untuk apa?! Untuk jajan sembarangan atau mau beli
mainan?! Lebih baik kamu ke kamarmu, dan tidur!!!" Kata ayah dengan sedikit marah.
Si kecilpun pergi ke kamarnya dengan sedih dan menutup pintu. Sejam kemudian,
ketika ayah mulai tenang, ia berpikir barangkali ia terlalu kasar pada si
kecil. Mungkn ada keinginan yang penting hingga anaknya minta uang 10rb
darinya, toh ia tidak sering meminta uang.
Ayahpun beranjak ke kamar si kecil,
"Kamu sudah tidur, Nak?" ia bertanya.
"Belum, Yah, aku masih terjaga," jawab si kecil.
"Setelaah ayah pikir2, mungkin tadi ayah terlalu keras padamu" kata ayah.
"Hari ini ayah begitu sibuk dan lelah, dan maaf ayah melampiaskannya padamu, ini uang 10rb yang kamu minta"
Si kecilpun senang, tersenyum, dan berkata: "Oh, ayah, terima kasih."
lalu ia-pun mengeluarkan uang dari bawah bantalnya dan menghitungnya. Ayah menatap heran lalu bertanya:
"Kamu sudah punya uang, kenapa minta lagi sama ayah?"
"Aku hanya punya 20rb Ayah, jadi kurang 10rb untuk bisa membayar ayah,,"
Ayah semakin heran.
"Ini Ayah, aku mau bayar ayah 30rb untuk meminta waktu ayah besok satu jam saja untuk bisa makan dan main bersamaku"
Ayahpun meneteskan air mata, lalu memeluk si kecil,, "Maafkan ayah,
nak, ayah terlalu sibuk dan tak pernah punya waktu untukmu, ayah memang
jahat,,"
Si kecilpun mencium pipi ayahnya.
Harta yang paling berharga adalah keluarga. Mutiara yang paling indah adalah keluarga.
Minggu, 29 Januari 2012
Miliki Visi..... and do it....!!!
Pablo dan Bruno
(dikutip dari buku the parable
of pipeline, juga popular dibuku-buku Robert T Kyosaki)
Baca dengan santai, nyaman,
pelan-pelan karena ini sangat penting bagi hidupmu!
Setelah anda membaca ini anda
tidak akan pernah sama lagi dengan diri anda yang saat ini. Dan sementara anda
sedang membaca anda mulai tercerahkan, terbangkitkan dan mulai terbakar api
semangat yang berkobar-kobar!
Pada tahun 1801, di sebuah
desa kecil di Italia, ada dua orang saudara sepupu bernama Pablo dan Bruno.
Keduanya memiliki ambisi yang besar, pekerja keras, dan ingin menjadi orang
terkaya di desanya. Pada suatu kesempatan, datang seorang kepala desa yang
menugaskan mereka untuk memindahkan air dari sungai ke penampungan di tengah
desa. Mereka diberi ember dan dibayar berdasarkan jumlah ember air yang bisa
mereka bawa setiap harinya.
Singkat ceritanya, mereka
mulai menikmati kerja dan hasilnya. Mereka bisa membeli pondok dan keledai
sendiri. Bruno merasa cita-citanya mulai terwujud, tapi Pablo tidak merasa
demikian karena punggungnya terasa nyeri dan telapak tangannya lecet karena
beban ember yang sangat berat. Hari Sabtu dan Minggu digunakan mereka untuk
beristirahat. Setiap Minggu sore, mereka stress karena esok paginya, Senin,
mereka harus mengangkut ember lagi.
Akhirnya, Pablo mencari akal
bagaimana cara memindahkan air yang lebih efektif dan efisien. Pablo mendapat ide
untuk membangun saluran pipa dari sungai ke desanya. Ide tersebut
diceritakannya pada Bruno, tapi ditolak mentah-mentah. Menurut Bruno, ia sudah
nyaman dengan kehidupan dan kondisi sekarang. Upahnya cukup besar, punya pondok
dan keledai sendiri, tiap malam dapat beristirahat, akhir pekan bisa berlibur
di pantai, gunung, olahraga, atau ke kedai kopi bersama teman-temannya.
Pablo akhirnya merealisasikan
idenya sendiri. Dari pagi hingga sore hari ia mengangkut ember air, dan malam
harinya membangun saluran pipa. Bruno dan teman-temannya selalu mengejek ide
Pablo, tapi ia tak mempedulikannya. Pablo mempunyai visi jauh ke depan karena
tidak selamanya ia kuat mengangkut ember. Bruno semakin kaya tapi semakin
bungkuk dan melemah karena faktor usia. Meski mulai sakit dan menua, Bruno
sadar betul bahwa ia tidak bisa berhenti mengangkut ember air karena upahnya
akan hilang dan hidupnya akan susah.
Setelah lima tahun,
saluran-saluran pipa Pablo selesai dan ia mulai menikmati hasil dari orang yang
membeli air dan saluran pipanya. Saluran pipanya terus mengalirkan air dan
menghasilkan uang. Meski sedang makan, istirahat, tidur, bahkan berlibur
sekalipun, Pablo tetap mendapat kebebasan secara finansial dan waktu.
Teringat akan saudaranya,
Pablo mengajak Bruno yang sudah terlihat tua, lelah dan bungkuk itu. Bruno
akhirnya melihat visi saudaranya itu dan membangun saluran pipa bersama-sama
bahkan mengajaknya untuk membangun saluran pipa ke seluruh negeri.
Kalau boleh jujur, Pablo dan
Bruno adalah orang yang mewakili kehidupan kita. Bruno mewakili orang yang
sudah merasa puas dan merasa “aman” hanya dengan bekerja. Ketika usia menjelang
tua, ia mulai bingung karena tenaga sudah semakin melemah tapi harus tetap
bekerja untuk mendapat penghasilan.
Sementara itu, Pablo mewakili
orang yang akan segera membangun usaha. Walaupun usaha yang dimulainya dari
kecil, ia tidak goyah walaupun teman-temannya menertawakan idenya, Pablo
beranggapan bahwa suatu saat ia akan tua dan tak mampu bekerja lagi. Karena
itulah ia harus bisa membangun suatu usaha dengan sistem yang baik dan tinggal
menikmati hasil dari usahanya ketika tua.
Bagaimana dengan Anda? Apakah
Anda ingin menjadi Bruno atau Pablo? Tentunya Anda semua ingin menjadi Pablo
yang dapat menikmati hari tua dengan bahagia karena berani merealisasikan
idenya untuk membuat saluran air.
Jika ingin menjadi Pablo,
segera buat ide usaha sekecil apa pun mulai sekarang. Selama masih ada
kesempatan, gunakan kesempatan emas Anda, segeralah bertindak, dan jangan
tunggu sampai nanti. Segera bangun usaha dengan tekad yang kuat dan jangan
pernah goyah meskipun ditertawakan siapa saja karena hasilnya akan dinikmati
oleh Anda sendiri. Selain itu, Anda juga bisa membuktikan hasilnya kepada orang
lain, terutama pada mereka yang pernah menertawakan Anda.
Sabtu, 28 Januari 2012
Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan.
Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan.
Kota batik Pekalongan di pertengahan tahun 1960an
menyambut fajar dengan kabut tipis , pukul setengah enam pagi polisi muda
Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi
kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko
dengan gagahnya. Kudapan nasi megono khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya
yang gagah berbalut seragam polisi dengan pangkat brigadir.
Becak dan delman amat dominan masa itu , persimpangan
Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan
cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam
ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman .
Brigadir Royadin memandang dari kejauhan ,sementara sedan hitam itu melaju
perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya,
ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat
menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat
jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.
Saat mobil menepi , brigadir Royadin menghampiri sisi
kanan pengemudi dan memberi hormat.
“Selamat pagi!” Brigadir Royadin memberi hormat dengan
sikap sempurna . “Boleh ditunjukan rebuwes!” Ia meminta surat surat mobil
berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca , jaman itu surat
mobil masih diistilahkan rebuwes.
Perlahan , pria berusia sekitar setengah abad menurunkan
kaca samping secara penuh.
“Ada apa pak polisi ?” Tanya pria itu. Brigadir Royadin
tersentak kaget , ia mengenali siapa pria itu . “Ya Allah…sinuwun!” kejutnya
dalam hati . Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik , naluri
polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.
“Bapak melangar verbodden , tidak boleh lewat sini, ini
satu arah !” Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir , orang sebesar sultan HB IX
mengendarai sendiri mobilnya dari jogja ke pekalongan yang jauhnya cukup
lumayan., entah tujuannya kemana.
Setelah melihat rebuwes , Brigadir Royadin mempersilahkan
Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan , namun sultan
menolak.
“ Ya ..saya salah , kamu benar , saya pasti salah !”
Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap
menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.
“ Jadi…?” Sinuwun bertanya , pertanyaan yang singkat
namun sulit bagi brigadir Royadin menjawabnya .
“Em..emm ..bapak saya tilang , mohon maaf!” Brigadir
Royadin heran , sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak
bernegosiasi dengannya, jangankan begitu , mengenalkan dirinya sebagai pejabat
Negara dan Rajapun beliau tidak melakukannya.
“Baik..brigadir , kamu buatkan surat itu , nanti saya
ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal !” Sinuwun meminta brigadir Royadin
untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan
surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa
ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi
di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah
katapun yang keluar dari mulut sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan
dispensasi. “Sungguh orang yang besar…!” begitu gumamnya.
Surat tilang berpindah tangan , rebuwes saat itu dalam
genggamannya dan ia menghormat pada sinuwun sebelum sinuwun kembali memacu
Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.
Beberapa menit sinuwun melintas di depan stasiun
pekalongan, brigadir royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala
macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar Sedan hitam
itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk
tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.
Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas , Ia
menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu
kembali kerumah dengan sepeda abu abu tuanya.
Saat apel pagi esok harinya , suara amarah meledak di
markas polisi pekalongan , nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang
komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya
menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.
“Royadin , apa yang kamu lakukan sa’enake dewe ora
mikir iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!” (Royadin, apa yang kamu lakukan? seenaknya sendiri, ga mikir siapa yang kamu tangkap...... ngawur... ngawur) Komisaris mengumpat
dalam bahasa jawa , ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan
kekiri bolak balik.
“ Sekarang aku mau Tanya , kenapa kamu tidak lepas saja
sinuwun biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia , ngerti nggak kowe sopo
sinuwun?” Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.
“ Siap pak , beliau tidak bilang beliau itu siapa ,
beliau ngaku salah ..dan memang salah!” brigadir Royadin menjawab tegas.
“Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ojo kaku
kaku , kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang , bisa
sampai Menteri !” Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri
Kepolisian Negara.
Brigadir Royadin pasrah , apapun yang dia lakukan
dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan
peraturan pada siapa saja memang Koppeg(keras kepala) kedengarannya.
Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana
gerangan sinuwun , masih di Tegalkah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu ,
mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya
bertukar kabar , keberadaa sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari.
Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk
mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.
Usai mendapat marah , Brigadir Royadin bertugas seperti
biasa , satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang
mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran
kota pekalongan selatan.
Suatu sore , saat belum habis jam dinas , seorang kurir
datang menghampirinya di persimpangan soko yang memintanya untuk segera kembali
ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris
yang saat itu tengah menggengam selembar surat.
“Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !” lemas tubuh
Royadin , ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota
pekalongan setiap hari , karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya
dipersimpangan soko .
“ Siap pak !” Royadin menjawab datar.
“Bersama keluargamu semua, dibawa!” pernyataan komisaris
mengejutkan , untuk apa bawa keluarga ketepi pekalongan selatan , ini hanya
merepotkan diri saja.
“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan,
semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !” Brigadir Royadin menawar.
“Ngawur…Kamu sanggup bersepeda pekalongan – Jogja ?
pindahmu itu ke jogja bukan disini, sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana
, pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!” Cetus pak komisaris , disodorkan
surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.
Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang
intinya : “ Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang
tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta
bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu
tingkat.” Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.
Tangan brigadir Royadin bergetar , namun ia segera
menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti
sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota
pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .
“ Mohon bapak sampaikan ke sinuwun , saya berterima
kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan , ini tanah kelahiran saya ,
rumah saya . Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf
saya pada beliau atas kelancangan saya !” Brigadir Royadin bergetar , ia tak
memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX , Amarah hanya diperolehnya
dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang
menjadi korban ketegasannya.
Hormat amat sangat kepadamu Pak Royadin, Sang Polisi sejati
. Dan juga kepada pahlawan bangsa Sultan Hamengkubuwono IX yang keluasan
hatinya melebihi wilayah negeri ini dari sabang
sampai merauke.
Gambaran Kepribadian Sukses ala New Psycho-Cybernetics
Gambaran Kepribadian Sukses ala New Psycho-Cybernetics
oleh Laurentius Erfandy
Santoso pada 28 Januari 2012 pukul 8:07
Maxwell Maltz dalam bukunya yang berjudul
“The New Psycho-Cybernetics” (2004) memberi resep tentang gambaran kepribadian
sukses, dengan rumusan akronim yang mudah diingat yaitu : SUCCESS. Berikut ini
saripati resep yang diberikannya, yang mungkin akan berguna bagi Anda, dan
tentunya sebagai bahan refleksi bagi saya sendiri.
1. Sense of Direction (Kesadaran akan Arah)
Carilah sasaran yang layak Anda capai. Lebih baik lagi kalau Anda tetapkan suatu
proyek. Putuskanlah apa yang Anda inginkan dari satu situasi. Lihatlah ke
depan, jangan ke belakang. Milikilah selalu sesuatu di depan Anda untuk
dijadikan harapan.
Kembangkanlah “nostalgia
masa depan” ketimbang masa lalu. “Nostalgia masa depan” itu bisa membuat awet
muda. Bahkan tubuh Anda pun takkan berfungsi dengan baik, jika Anda tidak lagi menjadi seorang pencapai sasaran dan tidak
mempunyai harapan apa-apa lagi. Karena
alasan inilah seringkali seseorang meninggal tidak lama setelah pensiun.
Kalau Anda tidak berupaya
mencapai sasaran, tidak memandang jauh ke depan, maka sesungguhnya Anda tidak
benar-benar hidup.
Selain sasaran-sasaran
murni pribadi Anda sendiri, milikilah setidaknya satu sasaran yang bukan
pribadi, dimana Anda bisa menghubungkan diri. Berminatlah dalam proyek tertentu
untuk membantu sesama, bukan karena wajib, melainkan atas kemauan Anda sendiri.
2. Understanding (Pengertian)
Pengertian bergantung kepada komunikasi yang
baik. Anda tidak akan bereaksi tepat kalau informasi yang Anda tindaklanjuti
itu keliru dalam mengartikannya.
Untuk mengatasi suatu
masalah secara efektif Anda harus mengerti sifat sejatinya. Kebanyakan
kegagalan kita dalam berhubungan antar manusia adalah karena salah pengertian.
Kita berharap orang lain beraksi dan memberikan respons serta mencapai kesimpulan
yang sama seperti kita dari serangkaian fakta atau keadaan.
Manusia bereaksi terhadap
gambaran mental mereka sendiri, bukan terhadap segala apa adanya. Kebanyakan
reaksi atau posisi orang lain itu bukanlah dimaksudkan untuk membuat kita
menderita, sebagai keras kepala atau berniat jahat, melainkan karena mereka
artikan dan mereka tafsirkan situasinya secara berbeda-beda. Mereka hanyalah
bereaksi sesuai dengan apa yang –bagi mereka- tampaknya benar dalam situasinya.
Mengakui ketulusan orang
lain ketika keliru, ketimbang menganggapnya sengaja atau berniat jahat, akan
membantu melancarkan hubungan antar manusia dan melahirkan pengertian yang
lebih baik diantara mereka.
Tanyakanlah kepada diri
sendiri ”Bagaimanakah hal ini tampaknya bagi dia?” “Bagaimanakah ia menafsirkan
situasi ini?” “Bagaimanakah perasaannya tentang hal ini?”. Cobalah mengerti mengapa ia bersikap seperti
itu.
Seringkali kita ciptakan
kebingungan ketika kita tambahkan opini kita sendiri terhadap fakta-fakta yang
ada dan sampai pada kesimpulan yang keliru (fakta versus opini).
Fakta: Dua orang teman
sedang berbisik-bisik dan berhenti ketika Anda datang
Opini: Pasti mereka sedang
menggosipkan aku (reaksi negatif)
Jika Anda dapat
menganalisa situasi secara tepat dan dapat memahami bahwa tindakan kedua teman
Anda itu bukanlah dimaksudkan untuk menjengkelkan Anda, maka niscaya Anda pun
dapat memilih respons yang lebih tepat dan produktif.
Kita harus dapat melihat
kebenaran dan menerimanya, entah baik atau buruk. Seringkali kita warnai data
yang diperoleh dengan ketakutan, kecemasan, atau hasrat kita sendiri.
Bertrand Russell pernah
mengatakan bahwa salah satu alasan mengapa Hiltler kalah dalam Perang Dunia II
adalah karena dia tidak sepenuhnya memahami situasinya. Para pembawa berita
buruk dihukum. Tidak lama kemudian tak seorang pun berani mengatakan yang
sebenarnya. (Mungkin hal ini pula salah satu faktor yang menyebabkan kejatuhan
Soeharto dengan kebiasaan laporan Asal Bapak Senang-nya).
3. Courage (Keberanian)
Mempunyai sasaran serta memahami situasinya
belumlah cukup. Anda harus mempunyai keberanian untuk bertindak, sebab hanya
dengan tindakanlah, sasaran, hasrat, dan kepercayaan itu dapat dijabarkan
menjadi kenyataan.
Seringkali perbedaan
antara orang yang sukses dengan pecundang bukanlah karena kemampuan atau ide
yang lebih baik, melainkan keberanian untuk bertaruh atas ide-idenya sendiri
untuk mengambil resiko yang diperhitungkan dan untuk bertindak.
Kita sering membayangkan
keberanian sebagai perbuatan kepahlawanan di medan pertempuran, ketika kapal
kandas, atau dalam suatu krisis. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari pun
sesungguhnya menuntut adanya keberanian.
Jangan berdiam diri yang
hanya akan membuat Anda semakin terperangkap. Bersedialah membuat beberapa
kesalahan, menderita sedikit kepedihan untuk mendapatkan apa yang Anda
inginkan.
Berlatihlah sikap berani
dengan “hal-hal kecil”, jangan tunggu hingga Anda bisa menjadi pahlawan besar
dalam krisis yang parah. Dengan melatih berani dalam hal-hal kecil, kita dapat
mengembangkan kuasa dan talenta untuk bertindak berani dalam urusan-urusan yang
lebih penting.
4. Charity (Amal/Belas kasih)
Kepribadian sukses ditandai adanya minat dan
menghargai sesamanya. Mereka menghormati martabat, masalah, serta kebutuhan
sesamanya. Mereka memperlakukan sesamanya sebagai manusia, ketimbang sebagai
pion dalam permainan mereka sendiri. Mereka sadar bahwa setiap orang adalah
makhluk Tuhan dan individu yang unik yang layak diberikan martabat dan
penghormatan.
Adalah fakta psikologis
bahwa perasaan kita tentang diri sendiri cenderung berhubungan dengan perasaan
kita tentang orang lain. Kalau seseorang merasa beramal kepada orang lain, dia
pasti mulai merasa beramal terhadap dirinya.
Orang-orang yang merasa
bahwa manusia itu tidak penting, tidak mungkin menghormati dan menghargai
dirinya sendiri.
Salah satu metode yang
paling dikenal dalam mengatasi rasa bersalah adalah berusaha berhenti mengutuk,
membenci, menyalahkan orang lain atas kesalahan-kesalahan mereka.
Anda akan mengembangkan
citra diri yang lebih baik dan lebih memadai kalau Anda mulai merasa bahwa
orang lain itu lebih berharga.
Memperlakukan semua orang
dengan hormat adalah amal, oleh sebab itu tidaklah selalu dibalas secara
individual dan seketika. Anda tidak bisa memandangnya sebagai transaksi tetapi
harus memandangnya sebagai konstribusi Anda terhadap masyarakat pada umumnya.
5. Esteem (Harga Diri)
Dari segala perangkap serta kejatuhan dalam
kehidupan ini, harga diri adalah yang paling mematikan, dan paling sulit
diatasi karena hal itu adalah lubang dirancang dan digali oleh tangan kita
sendiri, yang terangkum dalam ungkapan” Percuma, aku tak bisa melakukannya”
Waspadalah terhadap
pencuri kebahagiaan yaitu kritikus di dalam diri sendiri. Ketika kritikus dalam
diri sendiri mulai merendahkan kita hendaknya kita tidak ragu-ragu berteriak
“Hentikan!” dan menyuruhnya kembali ke pojoknya yang gelap, pantas dihukum
karena meragukan kita.
Berhentilah membawa-bawa
gambaran mental tentang diri sendiri sebagai individu yang kalah mampu
dibandingkan dengan yang lain. Rayakanlah kemenangan Anda, entah besar atau
kecil, kenalilah dan pupuklah kekuatan-kekuatan Anda, dan terus ingatlah diri
sendiri bahwa Anda bukanlah kesalahan-kesalahan Anda.
Kata “menghargai diri”
secara harfiah menghargai nilai diri. Mengapa manusia takjub melihat
bintang-bintang, bulan, luasnya samudera, indahnya bunga atau matahari
terbenam, tetapi kenapa harus merendahkan diri sendiri? Bukankah semua itu
karya Sang Khalik yang juga menciptakan
kita?
Menghargai nilai diri
sendiri bukanlah egoisme, kecuali Anda berasumsi bahwa Andalah yang berjasa
menjadikan diri sendiri Janganlah rendahkan produk-Nya hanya karena Anda
sendiri yang kurang tepat menggunakannya.
Jadi, rahasia terbesar
dari membangun harga diri ini adalah mulailah dengan berusaha menghargai
sesama, hormatilah manusia manapun sebagai makhluk Tuhan yang unik dan sungguh
sangat berharga.
Latihlah memperlakukan
sesama Anda sebagai manusia yang berharga maka harga diri Anda sendiri pun akan
meningkat. Sebab harga diri sejati
bukanlah berkat hal-hal yang hebat yang telah Anda perbuat, tetapi berkat menghargai
diri sendiri apa adanya–sebagai makhluk Tuhan
6. Self Confidence (Kepercayaan Diri)
Kepercayaan diri dibangun atas pengalaman
sukses. Ketika kita pertama kali memulai sesuatu, kemungkinan besar kepercayaan
diri kita kecil karena kita belum belajar dari pengalaman bahwa kita bisa
sukses. Ini berlaku entah belajar sepeda, berbicara di depan publik, atau dalam
aktivitas lainnya.
Adalah benar sekali bahwa
sukses melahirkan sukses. Sekecil apapun kesuksesan seseorang dapat digunakan
sebagai batu loncatan untuk meraih sukses yang lebih besar.
Teknik penting untuk
memupuk kepercayaan diri adalah dengan mengingat setiap kesuksesan yang dicapai
di masa lalu dan berusaha melupakan kegagalan di masa lalu.
Tetapi apa yang seringkali
dilakukan kebanyakan orang? Mereka justru seringkali menghancurkan kepercayaan
dirinya, dengan mengingat kegagalan-kegagalan yang ditanamkan dalam emosinya,
sementara kisah suksesnya terlupakan, sehingga akhirnya kepercayaan diri pun
menghilang.
Tidak menjadi masalah
seberapa sering Anda gagal di masa lalu, yang paling peting adalah upaya sukses
yang seharusnya diingat, dikuatkan dan direnungkan.
Kalau kita amati
kesuksesan orang lain, hampir semua kesuksesannya tidak pernah dilalui melalui
jalan yang lempang, tetapi mereka justru menempuhnya secara zig-zag. Gunakanlah
kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan sebagai cara untuk belajar, lalu
singkirkanlah itu dari pikiran kita.
7. Self Acceptance (Penerimaan Diri)
Penerimaan diri artinya menerima diri kita
sekarang secara apa adanya, dengan segala kesalahan, kelemahan, kekurangan,
kekeliruan serta aset dan kekuatan-kekuatan kita. Kita harus menyadari
kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan kita sebelum kita dapat
mengoreksinya.
Orang yang paling nelangsa
serta tersiksa di dunia ini adalah mereka yang terus berupaya meyakinkan diri
sendiri mau pun orang lain bahwa mereka adalah lain dari apa yang sesungguhnya.
Tak ada kelegaan atau kepuasan ketika Anda akhirnya menanggalkan segala
kepura-puraan dan bersedia menjadi diri sendiri. Berusaha mempertahankan
kepura-puraan bukan saja merupakan tekanan mental yang hebat, tetapi juga akan
terus menerus menuntun pada kekecewaan dan frustrasi pada saat seseorang
beroperasi di dunia nyata dengan keadaan diri yang fiktif.
Mengubah citra diri
tidaklah berarti mengubah diri Anda, melainkan mengubah gambaran mental Anda,
estimasi Anda, konsepsi Anda dan kesadaran Anda akan diri. Kita bisa mengubah
kepribadian kita, tetapi tak dapat mengubah diri dasar kita.
Belajarlah diri Anda apa adanya
dan mulailah dari sana. Belajarlah untuk secara emosional mentolerir
ketidaksempurnaan pada diri Anda. Penting kita sadari secara intelektual
kekurangan-kekurangan kita tetapi janganlah sampai kita membenci diri sendiri
karenanya. Janganlah membenci diri sendiri karena Anda tidak sempurna. Tak ada
seorang pun yang sempurna dan mereka yang pura-pura dirinya sempurna akan
terkurung dalam kenelangsaan.
Sumber :
Maxwell Maltz. 2004. The
New Psycho-Cybernetics. (alih bahasa:Arvin Saputra, editor Lyndon Saputra).
Batam: Interaksara
Langganan:
Postingan (Atom)